Kaltengtoday.com, Lifestyle – Dibandingkan jenis kontrasepsi lain seperti tubektomi, vasektomi, kondom, suntik dan lain-lain, suntik KB (yang dilakukan tiap tiga bulan sekali), merupakan salah satu kontrasepsi “favorit” kaum ibu.
Seperti yang dikatakan dalam buku Panduan Super Lengkap Hamil Sehat karya Dr Suwignyo Siswosuharjo SpOG MKes dan Fitria Chakrawati SSos MM, suntik KB diminati banyak perempuan karena efektif dan simpel.
Tapi tentu saja, semua yang disebutkan punya kekurangan dan kelebihan masing-masing. Selain tentunya unsur kecocokan dengan sang pemakai.
Baca Juga : Friendship Marriage: Tren Baru di Jepang yang Menikah Tanpa Harus Cinta
Untuk ibu yang habis melahirkan, metode suntik KB ini, aman digunakan setelah 6 minggu pascapersalinan. Di mana dalam penyuntikan itu nantinya, dokter akan menyuntikkan cairan hormon progesteron ke dalam tubuh wanita. Hormon itu dapat mencegah ovulasi atau bertemunya sel telur dengan sperma.
Penelitian mengungkapkan, tingkat efektivitas metode suntik KB adalah 0,3 kehamilan per 100 perempuan dalam setahun. Tak heran jika suntik KB begitu populer dan tidak mengganggu produksi air susu ibu (ASI). Suntikan KB juga aman bagi jantung, karena tidak mengandung esterogen.
Namun, suntik KB juga ada sejumlah efek sampingnya, yang perlu diperhatikan. Durasi haid akan jadi lebih pendek atau panjang dari biasanya. Volume darah yang keluar, bisa jadi terlalu banyak atau justru hanya timbul bercak-bercak saja (spotling)
Baca Juga : Penyembuhan Demam Ala Metode Natural
Dan perlu diketahui, pemakaian kontrasepsi KB suntik juga tidak mampu melindungi Anda dari penularan berbagai jenis penyakit menular berbahaya, seperti HIV/AIDS, Hepatitis B, maupun Infeksi Menular Seksual (IMS).
Jadi, untuk mengantisipasi hal-hal tak diinginkan, tentunya calon pemakai kontrasepsi jenis suntik KB, terlebih lagi petugas medis, harus menjaga kebersihan peralatan yang digunakan. Selain tentunya pola hidup sang calon pemakai suntik KB itu sendiri. [Red]
Discussion about this post