Kaltengtoday.com, Kotawaringin Barat – Yayasan Betang Borneo Indonesia (YBBI) menyelenggarakan workshop pelatihan Tools Assessment untuk mengukur tingkat ketergantungan masyarakat terhadap kawasan hutan serta pola interaksi masyarakat adat dalam mengelola hutan sebagai bagian integral dari kehidupan mereka.
Workshop yang berlangsung di aula pertemuan Friends of Nature, People and Forest (FNPF) Kecamatan Kumai, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah (Kalteng) ini merupakan bagian dari upaya pelestarian kearifan lokal Suku Dayak Tomun di Desa Kubung, Kecamatan Delang, Kabupaten Lamandau.
Baca Juga : Â Sertifikasi Berbasis Yurisdiksi RSPO di Seruyan, Kepastian Hak Masyarakat yang Terabaikan!
Direktur YBBI, Afandy menuturkan, pelatihan ini difokuskan pada pengembangan kapasitas enumerator lokal dalam menggunakan panduan assessment berbasis partisipasi masyarakat.
“Mayoritas peralatan ritual Suku Dayak bersumber dari hutan. Hilangnya hutan akan berdampak langsung pada hilangnya kebudayaan. Melalui pelatihan ini, kami membekali enumerator dengan kemampuan mengidentifikasi kearifan lokal masyarakat adat Dayak Tomun,” katanya kepada awak media, Senin (24/2/2025).
Ia menjelaskan, para enumerator dilatih menggunakan tools assessment untuk mengidentifikasi berbagai aspek, termasuk asal-usul, nilai budaya, sistem kepercayaan, serta pola pengelolaan sumber daya alam yang diterapkan masyarakat Dayak Tomun.
Baca Juga :Â Anggota DPRD Kalteng dan Manajemen PT. Borneo Prima Batal Bertemu
Pelatihan juga mencakup dokumentasi kearifan lokal dalam teknik pertanian tradisional dan pengelolaan hutan berkelanjutan.
Lebih lanjut, Program Manager YBBI, Agustiandry mengungkapkan, kegiatan ini merupakan bagian dari program transisi energi yang didukung Uni Eropa, diimplementasikan oleh World Wide Fund for Nature (WWF) dan Auriga Nusantara, dengan YBBI sebagai mitra pelaksana.
“Pengumpulan data ini diharapkan dapat menjadi landasan bagi masyarakat dalam mendorong kebijakan partisipatif di tingkat desa dan daerah,” ucapnya.
Workshop yang difasilitasi oleh Manager Project FNPF, Petrus Basuki Budi Santoso, diikuti oleh lima warga Desa Kubung sebagai enumerator lokal. Pemilihan enumerator dari masyarakat setempat bertujuan untuk memastikan keterlibatan langsung komunitas dalam proses pendataan.
Baca Juga : Â Yayasan Kasih Karunia Borneo Serahkan Bantuan Ke Gereja Maranatha
Desa Kubung memiliki wilayah administratif seluas lebih dari 3.600 hektar dengan populasi 175 kepala keluarga atau 475 jiwa berdasarkan data BPS tahun 2021. Lebih dari 70 persen wilayah desa tersebut berada dalam kawasan Hak Penguasaan Hutan (HPH) PT SBK.
Inisiatif ini merupakan langkah strategis dalam upaya preservasi dan dokumentasi kearifan lokal masyarakat adat, khususnya terkait pengelolaan hutan berkelanjutan. Melalui pendekatan partisipatif, diharapkan dapat menghasilkan kebijakan yang lebih efektif dan selaras dengan kebutuhan masyarakat setempat. [Red]
Discussion about this post