kaltengtoday.com, Sampit – Beberapa waktu lalu, konflik yang terjadi antara manusia dan satwa buaya muara kerap terjadi, pihak terkait menyimpulkan ada beberapa faktor yang jadi penyebabnya.
Menurut Komandan BKSDA Pos Sampit, Muriansyah menjelaskan masih ada serangan buaya terhadap manusia. Terutama saat ini, berdasarkan perilaku dan siklus hidupnya, satwa bernama latin Crocodylus porosus itu pada November ini musim kawin bagi buaya. Jelasnya, Minggu (14/11).
Buaya yang akan kawin dan bertelur cenderung mencari lokasi yang aman dari gangguan individu lainnya. Terutama induk buaya yang sedang bersiaga di sarang telurnya. Katanya.
“Induk buaya ketika menjaga telurnya akan sangat agresif dan sensitif terhadap keberadaan makhluk lain termasuk manusia,”ungkapnya.
Dikatakannya pula, faktor lain yang menyebabkan konflik antara manusia dan buaya kemungkinan adanya penyempitan habitat. Hampir di seluruh lokasi terjadinya serangan buaya, kondisi alamnya sudah beralih fungsi. “Hal ini mengakibatkan semakin seringnya tingkat perjumpaan buaya dengan manusia terjadi. Tidak sedikit memakan korban” ujarnya.
Baca Juga :Â BKSDA Kotim Catat, Serangan Buaya Capai 42 Kali, 6 Orang Diantaranya Meninggal Dunia
Kata dia lagi, kebiasaan manusia yang membuang sisa bahan olahan rumah tangga ke sungai dan pinggir pantai atau muara juga diduga ikut berperan menyebabkan kemunculan buaya.
Baca Juga :Â BKSDA Akan Menangkap Buaya Penyerang Kakek di Kotim
Selanjutnya, adanya pakan dari olahan manusia seperti potongan ayam, kambing yang dibuang ke sungai dan masuk ke dalam air. Bahkan, keberadaan kandang ayam, bebek, babi dan lainnya berdekatan dengan sungai juga bisa mengundang buaya. Tutupnya. [Red]
Discussion about this post