Kaltengtoday.com, Tamiang Layang – Naiknya harga karet, rata-rata di kisaran Rp 10 ribu lebih, di Kabupaten Barito Timur, disambut gembira masyarakat. Mereka berharap harga ini dapat naik lagi seperti dulu yang pernah mencapai Rp 12 ribu/ kg, sehingga taraf hidup masyarakat juga beranjak meningkat.
Anggota DPRD Kabupaten Barito Timur Drs H Zain Alkim, juga mengatakan alangkah bagusnya jika ada peraturan yang memihak pada para pengerat getah ini.
“Jadi, harga tidak dipermainkan. Apalagi kalau yang memainkan orang luar wilayah kita. Saya merasakan karena pernah mengalami, bagaimana sedihnya menyadap karet, harus menghadapi persoalan harga yang turunnya cepat tapi naiknya lambat. Atau lagi menyadap, tiba-tiba turun hujan. ” tutur mantan Bupati Barito Timur yang duduk mewakili Partai Perindo ini, beberapa waktu lalu.
Senada diungkapkan Wahyudin Noor SP MP dari Anggota DPRD Bartim dari Partai PKB pun menyatakan bahwa proteksi harga pada petani karet diperlukan. “Selain itu, saya sendiri sih sebenarnya lebih condong kalau getah bisa dikelola oleh Bumdes, Koperasi atau bahkan BUMD atau Perusda. Daerah kita kan daerah penghasil karet. Masyarakatnya hidup dan bergelut dari karet. Mosok tidak bisa mengelola jual beli karet” ucapnya.
Lebih lanjut lelaki yang juga dikenal sebagai pendukung olahraga futsal di Ampah, Kecamatan Dusun tengah tersebut, menambahkan,bahwa realistis sajalah kalau mau sebuah perusahaan daerah mengelola usaha. Jangan sampai kita mengangan-angan, berbisnis suatu hal yang masih belum kita pahami benar, misalnya; bikin perusahaan bumbu fried chicken kemasan atau apalah. Sementara getah yang kita kenal betul, malah diemohi,” papar Wahyudin.
Baca Juga : Gerakan Orang Tua Asuh Polres Bartim Telah Merangkul Puluhan Anak Yatim
Sementara itu menurut petani karet asal Desa Murutuwu Sabar mengharapkan minimal tetap harga tetap jangan sampai turun, apalagi merosot drastis,” Kita tahu kalau harga karet di luar sana lebih stabil, tapi kalau memotong mata rantai pertengkulakan kan imbasnya juga tidak enak juga. Kasihan warga yang usahanya jual beli getah, terutama yang modalnya relatif kecil. Yang kita harap ya, jangan sampai menaik turunkan harga tanpa dasar yang jelas. Itu saja,” papar Sabar, ketika dibincangi Selasa,( 09/11).
Baca Juga : Olahraga MMA di Bartim Bermodal Semangat Bertahan Kuat
Sabar menambahkan, persoalan klasik lainnya yang dihadapi petani karet adalah musim. Jika hujan sering turun, maka frekuensi menyadap mereka pun berkurang seiring pendapatan mereka. “Bayangkan, kalau sudah sering hujan, harga karet tidak stabil, kasihan penyadap yang tak punya atau mampu melakukan pekerjaan lain,” sambungnya. [Red]
Discussion about this post