kaltengtoday.com, – Lifestyle, – “Kapan nikah? Masih sendirian aja…”
“Umur udah mateng, udah ada calonnya belum?”
Kurang lebih seperti itu dua dari sekian banyak kalimat-kalimat yang biasanya dilontarkan untuk kawula muda di Indonesia yang saat ini sedang ada di rentang usia 20-30 tahun.
Bagian yang paling membuat nelangsa, ucapan tersebut nyatanya bukan hanya ditunjukkan untuk mereka yang sudah memiliki pasangan atau dalam hal ini pacar, tapi juga bagi sebagian orang yang masih single atau istilah dalam kamus anak muda Indonesia adalah ‘jomblo’.
Bukan persoalan yang baru, pertanyaan yang biasanya lebih terkesan berujung menjadi tekanan untuk menikah memang sudah dianggap sebagai hal yang lumrah bagi kalangan anak muda di kisaran usia seperempat abad.
Beberapa orang mungkin banyak yang menganggap hal tersebut sebagai sesuatu yang biasa atau hanya dianggap sebagai angin lalu, kemudian bisa dengan santai fokus menjalani kehidupan masa muda sesuai dengan apa yang diinginkan, baru mulai memikirkan untuk menikah saat sudah tiba di waktu yang tepat menurut versi masing-masing orang.
Tapi, tak dimungkiri kalau banyak pula kalangan anak muda yang rupanya tak tahan bahkan sampai merasa tertekan akibat tuntutan tersebut. Lebih parahnya lagi, tuntutan tersebut datang bukan hanya dari keluarga, melainkan dari orang lain atau masyarakat umum yang pada dasarnya bukan dari kalangan keluarga atau kerabat terdekat.
Ibarat kata sudah jomblo dituntut menikah pula. Hal tersebut rupanya sejalan dengan hasil survei yang dilakukan oleh Lunch Actually, sebuah layanan biro jodoh yang berbasis di Ibu Kota Jakarta.
Berdasarkan survei yang dilakukan terhadap sebanyak 640 pemuda jomblo di Indonesia, ditemukan fakta bahwa 31 persen responden mendapatkan tekanan untuk segera menikah dari masyarakat sekitar, sedangkan 29 persen lainnya mendapat tekanan yang sama dari keluarga.
Tekanan itu semakin terasa membebani karena menurut mereka, masa pandemi dan pembatasan membuat kesempatan untuk bertemu orang banyak di tempat yang baru menjadi semakin terbatas.
Baca juga : Pasangan yang Menikah dengan Biaya Minim Dipercaya Lebih Langgeng, Benarkah?
Selain itu, juga ditemukan fakta jika sekitar 50 persen responden yang jomblo mengaku tidak pernah mencoba atau mendapatkan kesempatan pergi berkencan selama pandemi.
Melihat situasi ini, tak dimungkiri jika sesuatu yang paling dibutuhkan bagi orang-orang yang sedang berada di usia ‘sasaran empuk’ untuk ditanya mengenai target menikah adalah kiat dalam menghadapinya.
Dapat coba untuk dipahami sesuai dengan kepribadian masing-masing, hal pertama yang harus dilakukan saat mendapatkan pertanyaan tersebut adalah bertanya kepada diri sendiri hal apa yang sebenarnya ingin diraih dalam waktu dekat, benar ingin menikah atau ingin fokus mengejar karir dan memenuhi target kehidupan lainnya?
Jika sudah fokus pada keinginan yang dimiliki, alih-alih merasa tertekan saat ditanya mengenai waktu menikah, hal tersebut justru pada akhirnya hanya akan berakhir sebagai angin lalu karena sudah terbiasa.
Baca juga : Tanda Harus Rehat dari Media Sosial Supaya Tak Jadi Toxic
Kemudian, coba komunikasikan hal apa yang sebenarnya sedang dirasakan terkait pandangan mengenai pernikahan. Secara perlahan, bisa coba diberi pemahaman kepada keluarga, kerabat, atau siapapun bahwa kita menghargai perhatian mereka, tapi ingin lebih dulu fokus meraih hal yang sudah direncanakan sebelum mengambil langkah kehidupan yang lebih serius.
Hal terakhir yang paling penting, pastikan menikah bukan karena tekanan dan tuntutan dari orang-orang sekitar, karena pernikahan adalah suatu hal yang sakral, jangan sampai kita menikah hanya bermodalkan tekanan tanpa diikuti dengan kesiapan mental, fisik, jasmani, dan rohani.[Red]
Discussion about this post