Kaltengtoday.com, Tamiang Layang – Raut wajah para pekerja di gudang rotan di Desa Jihi, Kecamatan Pematang Karau, Kabupaten Barito Timur itu memperlihatkan pancaran harapan besar, selain ekspresi malu tak mau difoto. “Jangan, Pak ai. Malu,” ucap pekerja yang kebanyakan kaum ibu itu.
Harapan besar mereka adalah agar bisnis rotan baku masih bertahan ke depan. Maklum, hanya itulah keterampilan serta lapangan kerja mereka di samping menyadap karet. Pendidikan dan keterampilan terbatas memang membuat mereka tak punya banyak pilihan.
Baca Juga : Â Peningkatan Serapan Tenaga Kerja Lokal Jadi Sorotan DPRD Kotim
Selain itu, keberadaan kerajinan berbahan sintetis turut serta mengancam eksistensi rotan sebagai komoditas industri furniture/ mebel, juga kerajinan tangan/handicraft.
“Tapi di Desa Jihi dan Desa Kupang Bersih masih bertahan. Ada pembeli tetap dari Banjarmasin yang mengambil stok rotan dari Bartim ini,” ucap Joni S, salah seorang aparat desa di Kupang Bersih tadi (Selasa, 10/12/2024).
Pihak Pemkab Bartim sendiri, memang sudah lama sekali tak mengoperasikan gudang pengolahan rotan di Desa Jihi, yang dekat dengan perbatasan Kabupaten Barito Selatan. Hal ini memberikan dampak penurunan jumlah rotan sebagai salah satu komoditas alam unggulan Bartim.
Baca Juga :Â Dewan Minta Pemerintah Cari Solusi Atas Fluktuasi Harga Karet dan Rotan
“Salah satu ancaman lain adalah lemahnya daya saing industri rotan kita di pasar global. Kita juga harus akui desain kita masih kurang, serta biaya produksi yang tinggi.
Semestinya, Pemkab memang harus merumuskan bagaimana komoditas rotan di Bartim jangan sampai tergulung,” kata Wahyudin Noor SP MP, salah satu anggota DPRD Bartim yang rajin menyoroti persoalan seputar pertanian dan perkebunan, saat berbincang santai beberapa waktu yang lalu.  [Red]
Discussion about this post