kaltengtoday.com, Tamiang Layang – Pola pertanian berpindah ladang yang menjadi tradisi masyarakat Dayak, adalah sebuah kearifan lokal yang juga memberikan manfaat ekonomi besar dan menanamkan kemandirian.
Hutan nonproduktif, yang diubah menjadi lahan padi, tidak saja memberikan manfaat nabati. Melainkan pola recovery pertanian/perkebunan, dengan jenis baru atau sama, yang juga mempunyai nilai ekonomi di kemudian hari.
Baca Juga : Â Saresehan KTNA Barsel Upaya untuk Membangkitkan Kejayaan Pembangunan Pertanian
Dari pemantauan media ini saat melintasi kawasan menuju Desa Apar Batu, begitu pula melewati jalur menuju Desa Janah Jari, hamparan padi ladang berjejer hijau menyegarkan mata. Belum lagi di wilayah sepanjang jalan dari Desa Hayaping menuju Paku Beto.
“Memang ada beberapa teman yang sudah mengubah jadi lahan sawah basah. Tapi itu mereka yang tinggal di dataran landai dan dekat sumber pengairan. Kami yang tinggal di dataran bergunung-gunung, tentu tidak bisa sama. Kami tetap bertahan dengan pola tradisional, menyesuaikan kontur tanah,” kata salah seorang petani, yang sedang minum kopi di sebuah warung dekat arah Kantor Kecamatan Awang, Selasa (17/1/2023).
Sektor pertanian sepertinya juga masih jadi andalan di kecamatan ini. Selain padi, sekarang masyarakat juga sedang panen aneka buah-buahan, seperti durian, asam tungku, rambutan dan lain sebagainya.
Baca Juga : Â Mekanisasi Pertanian Mengalihkan Sistem Pertanian Dengan Cara Membakar
“Pada awal tahun seperti ini, kami bisa memperoleh tambahan penghasilan dari menjual buah. Sedikit bisa jadi hiburan, karena harga karet masih tidak karuan,” ucap Syaiful, warga Kec Awang, yang ditemui sedang memanen pohon rambutannya. [Red]
Discussion about this post