Kaltengtoday.com, Palangka Raya – Gereja Maranatha yang berada di pusat Kota Palangka Raya siang itu mendadak menyita perhatian warga yang melintas di Jalan Diponegoro dan Jalan Tambun Bungai yang berada tepat samping kiri. Asap hitam tebal membumbung tinggi di atas kota Cantik dan nampak si jago merah menjilat-jilat setiap bagian atap gereja, menimbulkan kepanikan bagi siapapun yang melihatnya.
Warga jemaat Gereja Kalimantan Evangelis (GKE) Maranatha sampai saat ini masih tenggelam dalam duka setelah peristiwa kebakaran yang melanda gedung gereja milik mereka pada siang hari itu, tepatnya pada 13.40 WIB, Selasa (24/9/2024) lalu.
Mereka tak menyangka, sukacita ibadah hari Minggu, per tanggal 22 September 2024 sebelumnya menjadi ibadah terakhir di gedung itu, terlebih gedung gereja Maranatha merupakan gedung gereja kedua tertua dibangun dan berada di pusat kota Cantik, setelah gereja milik GKE Imanuel yang berada di daerah Pasar Besar, Kota Palangka Raya.
Baca Juga : Â Gereja Maranatha Dan SMP Kristen Palangka Raya Hangus Terbakar
Kejadian ini turut merembet dan meluluh lantahkan sebagian gedung SMP Kristen yang berada tepat sangat dekat di belakang Gedung Gereja, rusaknya kaca bangunan milik Christian Center yang berjarak sekitar kurang dari 15 meter di samping kanannya, namun sedikit berbeda dengan gedung kantor Majelis Pengurus Harian (MPH) Jemaat GKE Maranatha yang berada tepat berdampingan di sebelah kiri gedung Gereja Maranatha.
Namun, para jemaat juga yakin akan adanya rencana yang lebih indah dan besar setelah peristiwa ini menimpa mereka, sama halnya tiang salib yang tetap tegak berdiri tepat berada atas atap bagian depan bangunan gedung Gereja Maranatha yang sempat dilahap si jago merah, seperti iman yang kokoh dari jemaat Kristen kepada Tuhan.
Masih tidak bisa berbicara banyak, Ketua Jemaat GKE Maranatha, Pendeta Yuprinadie menceritakan pertama kali melihat kejadian tersebut, ia menyaksikan secara langsung asap tebal membumbung tinggi di langit, tepat di atas gedung tersebut dan peristiwa ini dirasa sangat cepat, sehingga pihaknya segera menghubungi petugas pemadam kebakaran.
“Saat kejadian, kami segera menghubungi petugas pemadam kebakaran. Tidak berapa lama petugas pemadam masuk ke lingkungan gereja, kemudian memblok jalan-jalan ini. Luar biasa, banyak bantuan dari petugas pemadam,” ucapnya.
Setelah si jago merah telah berhasil dipadamkan oleh seluruh petugas pada sore itu. Dari sorot matanya, Pendeta Yuprinadie tak bisa dibohongi bahwa hatinya hancur bersama dengan keadaan gedung gereja yang selama ini menjadi tempatnya melakukan pelayanan bersama warga jemaat lainnya, namun ia nampak pula mencoba lebih tegar dan tetap kuat menghadapi peristiwa ini.
Discussion about this post