kaltengtoday.com, Tamiang Layang – Pepohonan karet, memang harus diakui menjadi semacam identifikasi mata pencaharian mayoritas, sekaligus kemakmuran bertani penduduk Kalimantan Tengah. Terlebih khusus lagi di Kabupaten Barito Timur.
Dari karet, seperti yang dikatakan anggota DPRD Kabupaten Barito Timur, Surdi Prungeh, saat bertemu di rumahnya, tadi pagi (Rabu,01/12), banyak menghasilkan para ASN hingga pejabat daerah.”Mereka, termasuk saya, dibesarkan oleh getah-getah yang disadap tiap hari,” tuturnya sambil tersenyum.
Namun demikian Surdi meminta, masyarakat petani penyadap karet, harus juga berorientasi ke jenis tanaman yang lebih produktif dan bernilai ekonomis tinggi. “Saya beri contoh, ini kebetulan yangs edang saya lakukan. Yaitu bertanam pisang. Kalau alasannya tidak ada modal uang, modal tenaga kan bisa? Ambila nak-anak pisang di kebun. Banyak itu. Tidak mungkin juga pemilik pisang atau kebunnya marah. Tanam. Hitung berapa yang akan dihasilkan pisang nantinya, kalau kita banyak menanamnya,” papar anggota Partai Demokrat yang pernah menjabat sebagai Kepala Desa Rodok, Kecamatan Dusun Tengah tersebut.
Sama seperti Surdi, Yodi, seorang petani karet di desa itu juga, mengatakan bahwa saat ini, bagi petani yang berasal dari golongan “agak muda” yaitu generasi ’70-an atau ’90-an ke atas, sudah mulai mengubah pola pikir. Yaitu tidak lagi mengandalkan komoditas karet sebagai satu-satunya andalan pencaharian.
Baca Juga : Wakil Rakyat Bartim Dorong Harga Karet Lebih Baik
“Ketika harganya jatuh, kita tidak bisa bergantung di situ. Oleh sebab itu, saya mengajak keluarga saya, mulai memperluas usaha pertanian/perkebunan.Menanam sayur-sayuran, ataupun beternak ikan. Sehingga nilai ekonomi dari sebuah kebun, bisa bertambah,” ujar Yodi.
Nyaris senada, rekan Yodi yang lain, Wawan, menimpali bahwa sistem tumpang sari, jadi pilihan dalam pengelolaan kebun. Seperti dirinya yang membuat kolam-kolam ikan di sela ruang kebunnya, juga bertanam cabai serta sayuran lainnya.
Baca Juga : Disperindagsar Diminta Lakukan Pengawasan Terhadap Pengepul Karet dan Rotan
“Jangan berpikir soal bantuan pemerintah. Ini mindset yang memiskinkan petani kita. Hanya mengandalkan bantuan. Kalau tidak ada bantuan bagaimana? Apa tidak bergerak? Kenyataan menunjukkan, tidak semua petani dapat bantuan. Kadang terjadi kelompok yang hanya dekat dengan lingkaran tertentu yang mendapat akses bantuan. Maka yang terbaik ya kita mulai saja dengan modal sendiri. Sesuai kemampuan kita lah. Landasannya adalah niat!” kata lelaki yang juga menerima mandat sebagai ketua sebuah organisasi tani bercorak keagamaan tersebut. [Red]
Discussion about this post