Indonesia kaya budaya dan suku bangsa. Setiap suku bahkan punya adat istiadat dan aturan masing-masing yang berbeda-beda. “Huma Betang”, adalah salah satu falsafah milik masyarakat Dayak Kalimantan Tengah yang hingga saat ini masih dilestarikan dan diusung warga setempat.
Huma Betang yang berarti juga rumah Betang merupakan rumah tradisional masyarakat Dayak, yang bisa dihuni oleh puluhan keluarga. Budaya Huma Betang diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari dan menjadi salah satu budaya yang diturunkan dari generasi ke generasi.
Huma Betang yang memiliki konsep bebas terpimpin memiliki pilar-pilar yang menjadi pedoman hidup masyarakat dengan menjunjung tinggi nilai persatuan, kepatuhan, dan toleransi.
4 pilar Huma Betang yang diusung adalah :
- Kejujuran
- Kebersamaan
- Kerukunan (Toleransi), dan
- Taat hukum dan agama
Bukan cuma sekadar aturan dalam kertas putih, ternyata kebudayaan ini memang terus dilestarikan dan dipraktikan oleh masyarakat kekinian.
Di masa bulan suci Ramadan seperti ini, terlebih dengan situasi darurat virus Corona yang mengharuskan kita tidak bisa bergerak bebas atau berkumpul sembarangan, sikap dalam hidup bermasyarakat di Kalimantan Tengah masih bisa dilihat kebersamaannya.
Salah satunya adalah kegiatan aksi sosial yang dilakukan Gerakan Pemuda Kalteng Melawan Covid-19 di kota Palangka Raya.
Para relawan yang didominasi pemuda pemudi hebat kebanggan Kota ini turun kejalan, tentu dengan APD lengkap, mereke bersama-sama membagikan paket sembako kemasyarakat kurang mampu dan yang terdampak Virus Corona.
Gak cuma itu aja, memanfaatkan momen Ramadan ini, mereka juga membagikan takjil gratis kemasyarakat kota.
Kegiatan positif yang mereka implementasikan dari falsafah Huma Betang, yang salah satunya membahas tentang kebersamaan dan kerukunan antar umat manusia. Hidup bersama, berdampingan dan saling menghargai orang lain.
Baca Juga Mengenal Makanan Khas Kalteng, Ada yang Berbahan Dasar Rotan, Lho
Respon masyarakat menyambut kegiatan ini dengan sangat positif. Bangga dengan jiwa-jiwa anak muda yang mencerminkan budaya mereka dengan sikap saling mengasihi.
Kondisi sulit seperti ini tidak menjadi penghalang untuk berbuat baik, justru bulan Ramadan jadi kesempatan untuk siapapun saling berlomba-lomba mencari pahala dan keberkahan. [Aya Zahir]
Discussion about this post