Namun kondisi dianggap berbeda dan ‘kurang normal’ kalau orang tersebut punya tanggung jawab buat sekaligus menanggung kebutuhan ekonomi keluarga, seperti orang tua dan saudara secara penuh di saat bersamaan.
Sebagai generasi sandwich dan gaji masih bisa dibilang paspasan, hanya bisa berdoa agar selalu diberi rezeki berlebih oleh Tuhan.
— フェブリア (@febkun) March 20, 2022
Sesuai namanya, ibarat sandwich atau roti lapis, mereka yang menanggung beban atau tanggung jawab ekonomi tersebut pada akhirnya diibaratkan bak isi dari roti lapis, sedangkan pihak yang menjadi tanggungan ibarat roti yang melapisi dan menekan isi tersebut.
Memang, bagi beberapa kepercayaan atau pihak tertentu hal tersebut dipandang sebagai perbuatan amal dan jadi ladang pahala. Tapi, sebenarnya hal itu bukan suatu kewajiban dan bisa dihindari, kalau suatu keluarga awalnya memiliki manajemen keuangan dan ekonomi yang matang.
Baca Juga : Mengenal Duck Syndrom, Perumpamaan Kondisi Tegar di Luar tapi Ambyar di Dalam
Tantangan memutus sandwich generation
Kondisi sandwich generation mungkin tidak jadi masalah kalau dihadapi seseorang dengan kondisi ekonomi yang cukup atau berlebih. Tapi kenyataannya, yang banyak terjadi dan beberapa kali ditemukan dalam sebuah sesi sharing yang mengundang topik pembicaraan, justru datang dari kalangan dengan kondisi ekonomi serba terbatas dan harus berusaha keras.
“din, pinjem mau bayar cicilan mobil”
“din, hpnya naiva ilang. bisa beliin ga?”
“din, pinjem buat bayar cicilan motor”suka kesel dibilang “lo kan udh kerja di kantor skrg pasti gajinya lebih gede daripada pas jadi barista” heh pantat kodok duit gue gabuat gue doang☺️
— nade (@nadineraniaz) March 15, 2022
Kenyataan lainnya, jika tidak bisa diatasi dengan baik pola generasi sandwich disebut bakal terus terjadi secara turun-temurun. Artinya, setiap generasi lanjutan akan terus mengalami pola serupa di mana harus bertanggung jawab atas kebutuhan ekonomi orang tua yang mungkin dulunya berada di posisi generasi sandwich, dan gak sempat memiliki manajemen keuangan yang baik untuk bekal masa depan di hari tua.
Kondisi ini juga yang nyatanya banyak ditemui di negara berkembang, dan jadi salah satu alasan tingkat ekonomi di negara yang bersangkutan gak mengalami perubahan positif yang berarti, salah satunya Indonesia.
Baca Juga : Generasi Muda di Dorong Berinovasi di Bidang Pertanian
Hal tersebut rupanya diakui oleh Yan Ardhianto Handoyo, selaku Senior Manager Business Development Sequis Life, yang mengungkap kalau memutus pola generasi sandwich bukan perkara mudah.
Menurutnya, hal terbaik yang bisa dilakukan adalah mengomunikasikan batasan finansial dan kemampuan yang jadi tanggungan, supaya tidak membebani secara sepihak.
“Sebagai seorang sandwich generation tidak mudah tetapi tidak dapat juga dihindari. Anda perlu mengomunikasikan batasan pertanggungan, misalnya pos-pos pengeluaran apa saja dan jumlah yang sanggup dipenuhi,” ujarnya.
Ada di antara pembaca yang saat ini sedang berada di posisi generasi sandwich? [Red]
Discussion about this post