Kaltengtoday.com, Entertainment – Dominasi horor (yang sesekali diselip kemunculan genre komedi dan drama), seperti menjadi ‘menu klasik’ dalam industri film Indonesia. Seperti halnya bakso atau nasi goreng yang selalu tersaji hampir di setiap deret lokasi kulineran di negeri kita.
Ya, sesekali muncul film action berkelas, tapi tak banyak produser eksekutif pemilik modal yang rajin membuatnya. Alasan klasik ribet waktu, properti, dan sebagainya, jadi penyebab kurangnya perbendaharaan film aksi kita.
Baca Juga : Daftar Film Bioskop yang Tayang Spesial Libur Natal Desember 2024
Film Perang Kota, karya terbaru sutradara Mouly Surya, seakan menjadi oase yang menawarkan kesegaran, dengan tema baru serta settingnya. Ini bukan semata menyajikan kisah heroik ataupun tematik perang kemerdekaan. Perang Kota, juga mengaduk emosional melalui adonan drama yang disuguhkan.
Pemilihan aktor seperti Chicco Jeriko dan Lukman Sardi tentu jadi jaminan kelas film ini. Tak lupa, keterlibatan Ariel Tatum yang tidak sekadar memanjakan mata kaum pria di sini dengan paras dan bodinya yang “ehm!”. Namun juga aktingnya yang memikat sebagai Fatimah.
Film ini sendiri, diangkat berdasarkan novel klasik karya sastrawan Mochtar Lubis; Jalan Tak Ada Ujung, yang diterbitkan Balai Pustaka di tahun 1952. Novel yang beberapa kali dicetak ulang ini, juga pernah meraih penghargaan dari Badan Musyawarah Kebudayaan Nasional di tahun 1953. Kritisi menyebutkan bahwa inilah karya terbaik Mochtar Lubis, di samping Tidak Ada Esok dan Tanah Gersang.
Baca Juga : Dian Sastro dan Iqbaal Ramadhan Jadi Eksekutif Produser di Film Monster Pabrik Rambut
Kemunculan tokoh-tokoh pelengkap seperti tentara Belanda, Jepang, juga Gurkha/Nepal menjadi salah satu pewarna yang cukup menggigit. Apalagi masih jarang film kita yang menampilkan tentara Gurkha secara beberapa role. Kebanyakan hanya selintas, atau bahkan disebutkan saja dalam dialog.
Padahal sejarah jelas mencatat mereka sebagai pasukan rekrutan yang jadi bemper mati Inggris. Dan di Indonesia, mereka pernah beradu tempur dengan tentara kemerdekaan kita. Dalam hal ini, kita patut acung jempol pada Mouly Surya yang sudah mengangkat (sedikit) fakta keberadaan Gurkha dalam filmnya.
Baca Juga : Film Racun Sangga: Santet Pemisah Rumah Tangga, Angkat Kisah Nyata dari Pengantin di Kalimantan
Perang Kota memang menawarkan sesuatu yang segar. Meski sebenarnya polesan drama dan konflik personal juga sudah ada dalam film-film epik kolosal perjuangan kita, seperti Sang Kiai, Soegija, Moon Over Egypt dan sebagainya.
Bisa dibilang, Perang Kota lebih mempertegas adonan ini menjadi lebih sedap dan beraroma pop, yang bisa dinikmati generasi milenial dan generasi Z. Dan ini, juga jadi salah satu cara mengenalkan sejarah, setidaknya gambaran pada masa perang kemerdekaan, pada mereka. [Red]
Discussion about this post