kaltengtoday.com, Jakarta – Menanggapi kontroversi tentang pembangunan Bandara Bali Utara, Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto menegaskan apa yang disampaikan Ketua Umum partai berlambang moncong putih, yakni Megawati Soekarnoputri sangat tepat.
Ia menerangkan, pembangunan bandara lebih digerakkan para pemodal besar dengan pembenaran statistik kemajuan, namun ditingkat implementasinya berbenturan dengan berbagai persoalan seperti pembelian tanah rakyat secara masif.
Baca juga : Di Usia PDI Perjuangan ke – 50 Tahun, Arton S. Dohong Sampaikan Ini
“Ujung-ujungnya rakyat hanya menjadi penonton, terlebih dengan begitu banyak investor asing yang akan digalang untuk menggarap bandara internasional tersebut,” katanya kepada awak media melalui rilis,Kamis (19/1).
“Saat ini baru ada rencana saja, sudah terjadi perburuan tanah rakyat. Hal ini tidak boleh terjadi,” tambah Hasto.
Pihaknya menerangkan, dalam jangka menengah, pembangunan bandara tersebut pasti diikuti dengan berbagai infrastruktur tourism yang lebih berorientasi pada keuntungan investor semata dan derasnya orang asing yang masuk dipastikan akan merubah kultur Bali.
“Kekuatan Bali itu terletak pada kultur yang hidup, menyatu, dan menumbuhkan jiwa spiritualitas yang otentik. Hal inilah yang menjawab mengapa atmosfir kehidupan Bali sangat khas, ada kehidupan spiritual yang menyatu dengan alam. Berbagai aspek spiritualitas ini menjadi kekuatan Bali, dan inilah yang dijaga Ibu Megawati”, terangnya.
“Secara pribadi, kami diajarkan Ibu Megawati untuk membuka alam rasa dan alam pikir kami agar bisa ‘berbicara’ dengan semesta melalui balutan spiritualitas yang sungguh luar biasa”, ungkapnya.
Lebih lanjut, ia menuturkan apa yang ditegaskan oleh Megawati Soekarnoputri bertujuan menjaga Bali dengan seluruh tradisi dan nilai kulturnya.
Baca juga : Perayaan Natal Keluarga Besar DPD PDI Perjuangan Kalteng di Hadiri 4000 Lebih Jemaat Kristiani
“Karena itulah lebih baik digunakan pendekatan berbeda. Memperkuat interkoneksi antara Surabaya, Banyuwangi, dan Bali, khususnya Bali utara sebagaimana digagas Bu Mega adalah pilihan yang sangat progresif dan tepat. Kemudian pembangunan infrastruktur di Bali yang lebih ramah lingkungan guna meningkatkan aksesibilitas terhadap Bali Utara,” ungkapnya lagi.
Ia juga menambahkan, daripada berpikir merubah Bali hanya melalui pendekatan infrastruktur, lebih baik menggali seluruh kekayaan peradaban Bali melalui lontar dan lainnya.
“Langkah terpenting sekarang ini justru menggali keseluruhan nilai-nilai peradaban Bali. Falsafah kebahagiaan melalui Trihita Karana misalnya, sangat tepat ditransformasikan untuk Indonesia dan dunia. Disitulah peran penting penting Bali, bukan malah mereduksinya dengan Bandara Internasional di Utara,” tukasnya.[Red]
Discussion about this post