kaltengtoday.com, Tamiang Layang – Sempat kuat menggeliat di sekitar tahun 2016-2018, bahkan sampai menorehkan prestasi ke event tingkat provinsi sampai level Asia Tenggara, para pegiat sinema lokal di Kabupaten Barito Timur, saat ini mengaku sedang stagnan.
“Ya setelah pandemi Corona yang mematikan semua sendi pergerakan ekonomi kita, yang imbasnya juga ke anggaran daerah, produktifitas kita pun akhirnya drop. Kalau berkarya yang sifatnya untuk eksperimental pribadi ya masih sih. Tapi itu kan bukan parameter standar sebuah produksi. Yang dimaksud, adalah kerjasama, teamwork, bikin minimal film pendek kayak dulu. Paska film Secangkir Harapan (2018) mestinya ada grade produksi yang naiklah,” tutur Roby, pegiat film asli Bartim yang beberapa kali juga magang di rumah produksi Yogyakarta dan Jakarta, tadi sore (Rabu, 7/9).
Baca Juga : Â Siap Tayang! Ini Perbedaan Film Miracle in Cell No. 7 versi Korea dan Buatan Indonesia
Roby, bersama kelompok induknya, Komunitas Lewu Talenta Nansarunai Jaya ataupun dalam bendera lain, beberapa kali melahirkan karya, baik tingkat lokal, provinsi hingga nasional. Baik dia duduk sebagai penata kamera, editor maupun lainnya
Film panjang berformat layar lebar; Siung Mangkuwungan (2016) serta film pendek HP Idaman (2016), barangkali bisa jadi catatan khusus bagi embrio kreatifitas produksi film di Bartim.
Dua buah tangan Ariantho S Muler sebagai sutradara lokal tersebut, bisa dibilang mampu menorehkan prestasi. Keduanya terpilih dan sempat ditayangkan di Studio 21 Palangka Raya Mall (Palma), pada ajang Indigenous Film Festival, 2018.
Selanjutnya, lelaki yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua 2 DPRD Bartim tersebut, lebih mendorong rekan-rekannya berkiprah menekuni bidang sinematografi. Seperti Roby dan beberapa rekannya, yang diikutkan pelatihan bidang perfilman Kemendikbud RI di Bandung dan Jakarta.
Loncatan berikut, adalah keikutsertaan mereka di ajang Jogja Asia Film Festival (JAFF) 2018, dimana karya eksperimental mereka di bawah bimbingan sutradara film dari Jakarta; X-Jo, Secangkir Harapan (SH) diikutsertakan di situ.
Baca Juga :  Bertabur ‘Cogan’, Film Mencuri Raden Saleh Raih 200 Ribu Penonton Hingga Trending Topik Twitter
Dua minggu sebelum tayang di JAFF, SH yang dibuat dalam Bahasa Dayak Maanyan ini, meraih gelar film terbaik (Official Selection) pada gelar Aruh Film Kalimantan, yang dilangsungkan di Banjarmasin.
Tapi seperti yang dikemukakan Mas Wawan, Ketua Nansarunai Jaya, barangkali kegairahan rekan-rekannya, baru bisa pulih benar setelah momen politik 2024. Di mana masa itu, mereka harapkan seperti bias indah sunrise (matahari terbit) di ufuk timur. Kemerahan, kekuningan, indah, memancarkan harapan. [Red]
Discussion about this post