kaltengtoday.com, Palangka Raya – Paguyuban Pedagang Kuliner Tunggal Sangomang (P2KTS) Palangka Raya menyatakan sikap menolak hadirnya kelompok Lesbian Gay Biseksual dan Transgender (LGBT) di Kota Cantik.
Bentuk pernyataan sikap tersebut, dilakukan melalui pemasangan poster sejumlah komitmen, di warung-warung makan serta cafe yang ada di taman kuliner yang berada di Jalan Yos Sudarso tersebut, Jumat (21/10/2022) malam.
Dalam poster tersebut, berisikan tiga komitmen, yakni menjaga persatuan dan kesatuan umat dengan segala perbedaan demi tegaknya NKRI, waspada bahaya ancaman masuk dan berkembangnya aliran dan paham radikal serta isu sara.
“Yang terakhir, kami menolak hadirnya kelompok LGBT, aksi premanisme, peredaran minuman keras (Miras) ilegal dan narkotika,” kata Ketua P2KTS, Menteng, usai melakukan pemasangan poster.
Dijelaskannya, hingga saat ini pihaknya kerap menerima protes dari para tamu yang datang ke warung pedagang terkait keberadaan preman yang berkedok pengamen.
Baca Juga : Â Dinkes Kotim Ungkap Faktor Penyebab Perilaku LGBT
Terlebih jika ada pengamen yang datang dalam kondisi dipengaruhi miras, kerap membuat takut tamu yang datang di warung makan para pedagang.
“Kita berdagang di sini memang banyak kendalanya. Tamu lagi asyik makan datang pengamen, datang pengemis, anak punk dan sebagainya. Ini kan mengganggu sehingga tamu komplain ke pemilik warung. Kalau sudah komplain, besok tidak mau lagi datang ke warung kita,” ucapnya.
Untuk itu pihaknya meminta pemerintah agar dapat membantu menyelesaikan permasalahan tersebut, agar usaha para pedagang dapat berjalan dengan lancar.
“Kalau usaha kami berjalan dengan lancar dan tanpa adanya kendala, tentunya kami bisa bayar kewajiban kami, khususnya pajak,” ujarnya.
Sementara itu, hadir dalam pemasangan poster, Kepala Bidang Ketertiban Umum dan Ketentraman Masyarakat Satpol-PP Kota Palangka Raya, Berry, mengapresiasi upaya yang dilakukan oleh para P2KTS.
Pernyataan sikap tersebut dinilai dapat meningkatkan kesadaran masyarakat untuk berani menolak hadirnya LGBT dan aksi premanisme di Kota Cantik.
“Upaya seperti ini juga sebenarnya sudah lama ingin kita lakukan. Kebetulan ada inisiasi dari paguyuban ini, kami tentu sangat mengapresiasi,” ucapnya.
Baca Juga : Â Tangkal LGBT, Peran Orang Tua Diperlukan Untuk Bentuk Kepribadian Anak
Untuk itu dirinya berharap, melalui kegiatan yang diinisiasi oleh P2KTS, dapat meningkatkan kesadaran dan keberanian masyarakat untuk tidak memberi uang kepada preman yang berkedok pengamen atau pengemis.
Namun yang menjadi polemik saat ini, yakni di tengah banyaknya masyarakat yang mengeluh dengan keberadaan para pengamen. Di sisi lain, ada sebagian masyarakat yang tidak mempermasalahkan hadirnya pengamen.
“Secara regulasi itu tidak diperbolehkan, hanya saja kadang-kadang mereka ada juga karena kita memberi uang. Sebenarnya kalau kita tidak memberi uang, mereka pasti tidak ada,” pungkasnya.[Red]
Discussion about this post