Kaltengtoday.com, Tamiang Layang – Sepintas pasti terpikir dalam benak kita, bahwa populasi satwa liar banyak berkurang, bahkan terancam punah akibat banyaknya alih fungsi lahan.
Meski tidak salah, namun hal ini rupanya juga tidak sepenuhnya benar. Sebab menurut beberapa warga pedesaan, di Kecamatan Dusun Tengah, Kabupaten Barito Timur, para pemburu masih bisa menemukan banyak satwa liar yang bisa ditarget.
“Saya dan paman saya sering dapat kancil, atau yang biasa disebut orang lokal; “pelanduk”. Pernah juga beberapa kali mendapat rusa, bahkan menjangan, yang tanduk serta badannya lebih besar dari rusa. Seukuran anak kerbau lah,” tutur Ali, salah seorang warga Komplek Jahon, Desa Sumber Garunggung, yang mengaku sering berburu di kawasan pegunungan.
Baca Juga :Â Dampak Karhutla, Satwa Liar Masuk ke Kawasan Permukiman Warga
Perburuan itu, menurut Ali, hanya bisa dilakukan malam hari. Karena kemunculan hewan-hewan tersebut memang saat malam hari.
“Kan di kawasan atas sana, masih banyak hutan lebatnya. Meski terdapat beberapa areal tambang dan sawit,” tambahnya saat bercerita tadi, Selasa, (4/6/2024).
Apa yang dikatakan Ali nampaknya selaras dengan penuturan para pemburu babi hutan, yang juga mengaku sering berburu ke pegunungan saat malam hari. Boleh dikata, kawasan pegunungan masih menyimpan ‘harta karun’ berupa binatang buruan.
Baca Juga :Â Stop Memelihara Satwa Liar di Rumah
Memang, baik Ali dan pamannya yang spesialis berburu kancil dan rusa, maupun para pemburu babi hutan, merasakan adanya penurunan populasi satwa liar di sana. Walau masih saja bisa menemukannya.
“Waktu kerja jadi operator alat berat di perusahaan kontraktor penambangan dulu, saya malah pernah dua kali melihat ular sanca yang badannya seukuran paha manusia dewasa. Sepertinya ular itu tak terlalu agresif, soalnya begitu ketemu excavator dia lari menghindar,” tutur Edi, salah seorang warga Ampah, yang membenarkan bahwa di pegunungan sana memang masih banyak hutan lebat beserta satwa-satwa liar. [Red]
Discussion about this post