Kaltengtoday.com, Lifestyle – Dalam dunia anak muda masa kini, muncul satu istilah baru yang semakin sering terdengar di media sosial yaitu “Kalcer.”
Kata ini berasal dari pelafalan bahasa Inggris “culture” yang diserap dan disesuaikan menjadi lebih ringan dan akrab di telinga Gen Z.
Dilansir dari laman altratex.com, istilah kalcer awalnya muncul dari komunitas kreatif di kota besar, seperti anak skate, punk, hingga indie.
Namun, bagi banyak anak muda, kalcer bukan sekadar tren atau gaya berpakaian, melainkan bentuk ekspresi diri yang mencerminkan kepribadian, minat, hingga cara hidup seseorang.
Kalcer adalah tentang who you are dan how you live. Ia bukan sekadar tentang look aesthetic di depan kamera, tapi juga tentang bagaimana seseorang memilih komunitas, nilai, dan gaya hidup yang membuatnya merasa “belong”.
Kalcer, Cerminan Identitas di Era Digital
Bagi generasi sebelumnya, budaya sering dikaitkan dengan adat, tradisi, atau kebiasaan kolektif masyarakat. Namun bagi Gen Z, konsep “budaya” bergeser menjadi lebih personal.
Baca Juga : Buttonscarves, Jadi Brand Asia Tenggara Pertama Gelar Runway di Gurun Dubai
Kalcer adalah cara mereka menunjukkan identitas. Mulai dari musik yang didengar, tempat nongkrong yang dikunjungi, sampai outfit yang dikenakan.
Di tengah derasnya arus digital, kalcer juga menjadi bentuk social signal. Misalnya, seseorang yang sering nongkrong di coffee shop bergaya industrial vintage sambil pakai headphones besar dan membawa laptop, otomatis diasosiasikan dengan kalcer “freelancer” atau “creative worker.”
Sementara mereka yang suka outfit monokrom dengan sneakers tebal dan tote bag kain biasanya lekat dengan kalcer minimalist lifestyle.
Menariknya, kalcer juga bisa berubah seiring waktu. Anak muda kini lebih fleksibel dan tidak takut mencoba berbagai gaya. Hari ini bisa tampil edgy streetwear, besok bergaya clean girl aesthetic. Everything depends on the vibe.














Discussion about this post