Kaltengtoday.com, Tamiang Layang – Tradisi “Nugal” menjadi pola tanam padi secara tradisional yang dipertahankan sekian generasi. Padi yang dihasilkan, biasanya justru lebih sehat karena tumbuh secara alami. Tanpa perlu memakai pupuk ataupun semprotan anti hama.
Baca Juga :Â Harubuh Manungal Akan Dilaksanakan di Kelurahan Tewah
Menurut Nenek Arnah, warga asli Desa Rodok, Kecamatan Dusun Tengah, Kabupaten Barito Timur, Nugal biasanya dimulai bulan Oktober. Dengan demikian, benih yang ditanam, akan tersirami hujan di bulan Desember. Dan ini, membuat benih jadi lebih subur.
“Kami masih mempertahankan tradisi Nugal ini. Karena kegotongroyongan masih kuat. Para pelaku Nugal, nanti akan membantu rekannya yang juga menolong menanam padi di ladangnya,” ungkap orang asli Dayak Lawangan dari generasi tua ini, Kamis, (3/10/2024).
Masih menurutnya, sistem Nugal berbeda dengan sistem tanam padi di sawah basah. Nugal dilakukan setelah lahan dibakar bersih, sehingga bekas bakarannya dipercaya makin menyuburkan tanaman.
Baca Juga :Â Kearifan Lokal di Gunung Mas Perlu Digali
Dalam Nugal pun, para penanam tidak sembarang melakukannya begitu saja. Lebih dulu mereka akan menggelar ritual kecil-kecilan. Tradisi ini dilakukan oleh hampir semua sub Suku Dayak yang ada di Kalimantan.
Pada faktanya, beras yang dihasilkan oleh para petani lewat cara Nugal, punya kualitas yang baik. Jauh sebelum tren istilah “beras organik” maupun “non organik”, orang-orang Dayak di Kabupaten Barito Timur, sudah lebih dulu mengkonsumsi beras tanpa sentuhan unsur kimiawi. [Red]
Discussion about this post