Kalteng Today – Sampit, – Anggota Komisi II DPRD Kotim, Ketua Fraksi Muhammad Abadi mendorong pemerintah daerah agar penanganan banjir juga diarahkan pada faktor-faktor penyebab banjir tersebut.
“Banjir yang melanda sejumlah titik di kawasan hulu memang tidak lepas dari kondisi alam yang mulai rusak. Kondisi ini bisa saja semakin parah jika tidak ada formulasi untuk mencegah dan menanggulanginya,” kata Abadi di Sampit, Senin (19/10/2020).
Saat ini banjir sudah melanda sejumlah desa di Kecamatan Cempaga Hulu yang terletak di kawasan utara Kabupaten Kotawaringin Timur. Warga khawatir banjir bertambah parah karena curah hujan masih tinggi.
Banjir yang terjadi setiap tahunnya dinilai semakin parah. Kondisi ini tidak terlepas dari kondisi kerusakan fungsi lingkungan yang semakin parah sehingga membuat daya dukung serapan air terus berkurang dan memicu banjir bertambah parah.
Menurut Abadi, banjir memang disebabkan oleh musim hujan dan tingginya curah hujan. Namun, berkurangnya kemampuan hutan dalam menyerap air membuat banjir yang terjadi setiap tahun semakin parah.
Ketua Fraksi PKB DPRD Kotim ini juga menilai sampai saat ini belum terlihat upaya signifikan dari pemerintah untuk menangani pemicu banjir, misalnya dengan melakukan reboisasi atau menanami kembali hutan yang telah gundul. Justru, luas hutan diduga terus menyusut akibat berbagai sebab seperti kebakaran, pembukaan lahan perkebunan dan lainnya.
Baca Juga :Â Tiga Hari Hujan, Puluhan Rumah di Desa Pantai Harapan Kotim Terendam Banjir
Kondisi ini diduga akibat ulah manusia yang tidak memikirkan kelestarian lingkungan untuk jangka panjang. Jika tidak dilestarikan, hutan Kotawaringin Timur dikhawatirkan akan terus menyusut dan dikhawatirkan membawa dampak buruk bagi lingkungan, seperti terjadinya banjir dan lainnya.
“Harus ada langkah nyata untuk menangani kerusakan hutan agar banjir yang terjadi tidak semakin parah. Kondisi seperti ini, yang menanggung deritanya adalah masyarakat,” demikian Abadi. [Red]
Discussion about this post