Kaltengtoday.com, Tamiang Layang – Lagan, yang merupakan desa bekas transmigrasi, terkenal dengan hasil pertanian/perkebunannya, seperti karet dan kelapa sawit. Saat ini pun, hampir setengah dari kawasan Lagan sudah dikepung oleh areal perusahaan sawit. Meski, karet tetap menjadi komoditas yang masih bisa diandalkan.
“Meski saya juga migrasi ke tanaman sawit, yang secara ekonomis lebih cepat menghasilkan dan menjanjikan, namun karet tidak saya tinggalkan. Sebab dari hasil karet pula,saya bisa membangun rumah serta menyekolahkan anak,” tutur Karsono, warga setempat, Jumat, (11/10/2024)
Baca Juga : Dewan Minta Pemerintah Cari Solusi Atas Fluktuasi Harga Karet dan Rotan
Adapun harga getah di Lagan, terbilang cukup ampuh di pasaran. Yaitu antara Rp10.500 – Rp11.000 di tingkat pengepul. Sedangkan harga jual ke truk tentu jauh lebih mahal. Dan beberapa warga di desa ini,sudah mampu mendapatkan hasil berton-ton dari kebun karet mereka.
Namun seperti pepatah, ada gula ada semut, maka getah-getah olahan karet yang harganya cukup tinggi itu pun mengundang para pencuri untuk beraksi. Ada beberapa kali kejadian pencurian getah karet, namun seperti kata Muhidin, salah seorang pemuda Desa Lagan, pelakunya bukan orang Lagan.
Baca Juga : Harga Karet di Kabupaten barito Timur Kian Membaik
“Diduga orang luar Desa Lagan yang jadi pelakunya. Sebab di sini, semua warga, tanpa memandang suku dan agama,sudah berkomitmen saling menjaga keamanan bersama-sama,” ujarnya.
Apalagi,jalan menuju Desa Lagan, banyak yang sepi. Sehingga kemungkinan besar, mempermudah aksi para pelaku pencurian. Tapi, meski begitu, tidak pernah ada aksi pembegalan di jalan sepi ke Lagan. Sesuai penuturan warga, kasus kriminalitas yang ada hanyalah pencurian getah karet. Itupun, frekuensinya tidak seringkali. [Red]
Discussion about this post