Kaltengtoday.com – Tamiang Layang – Dalam kalkulasi usaha, kerap menombok, jelas sebuah hal yang harus dihindari. Konsep ini berbeda dengan pecinta seni, yang melakukan sesuatu berdasarkan cinta, tak menghiraukan persoalan angka.
Namun inilah geliat yang selalu ditunjukkan para generasi muda di Bartim, seperti misalnya: Sanggar Komunitas Dayak Maanyan (Komandan), Tamiang Layang, Kabupaten Barito Timur. Sebuah pengorbanan kontinyu yang miris, dibandingkan apa yang telah mereka berikan serta dedikasi total selama ini pada daerah.
Baca Juga :Â Kabar Duka Polres Bartim. Kasi Propam Iptu H Murjiyono Meninggal Dunia
Terlibat dalam beberapa job berkaitan dengan seni & budaya tradisional, bukan berarti selalu mengumpulkan untung. Termasuk pada pelaksanaan Festival Budaya Isen Mulang yang baru saja dihelat di Palangka Raya.
“Baru-baru saja, saya diajak kawan-kawan dari Komandan, menggelar semacam seminar kecil tentang gelang dadas. Dari sisi historis maupun aspek lainnya. Semua patungan dengan biaya sendiri. Kenapa? Karena teman-teman berorientasi pada kecintaan Dan ibu bukti nyata sumbangsih kami pada daerah,” tutur Roby, videografer asal Kab Bartim yang kini mengais pundi rupiah di Jakarta, tadi siang (Minggu, 5/ 6)
Situasi yang harus dipahami paska meredanya Covid 19, tak menjadi penyurut langkah bagi para pelaku seni – budaya, baik di Sanggar Komandan maupun Sanggar lainnya.
“Ya, kita harus akali lah. Bagaimana bisa mendapatkan pendanaan dari luar. Yang penting gairah berekesenian tetap terjaga,” ucap Udin Fahrian, penggerak sekaligus instruktur tari Sanggar Betang Mandala Wisata (BMW) ketika berbincang beberapa saat lalu.
Baca Juga :Â Waket 1 DPRD Kab Bartim Dorong Masyarakat Galakkan Sektor Perikanan
Beberapa pemusik lokal yang juga menyentuh basis tradisional, juga mengaku rindu event yang megah dan mampu menampung energi mereka. Hanya saja selama ini, mereka ‘hidup’ dari job-job seperti pernikahan atau acara adat lain.
“Mencari uang sih tidak. Karena kita tahu, berapa sih hadiah yang disediakan bahkan diselenggarakan oleh pihak Pemkab? Tidak cukup untuk biaya operasional selama latihan. Tapi kami lakukan, karena kami punya harapan, kesenian tradisional, adat budaya kami, tetap eksis. Penanda bahwa inilah salah satu budaya yang dimiliki Indonesia, sebagai identitas kebesarannya,” tutur Yoyo, seorang pelaku seni lainnya. [Red]
Discussion about this post