Kaltengtoday.com, Palangka Raya – Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah (Dinkes Kalteng) menggelar Pelatihan Konseling Menyusui tahun 2023, Selasa (24/10/2023).
Kegiatan tersebut bertempat di Neo Hotel Palangka Raya dan dibuka oleh Kepala Dinkes Kalteng Suyuti Syamsul.
Dalam sambutannya, Suyuti Syamsul mengatakan perkembangan masalah gizi di Indonesia semakin kompleks saat ini, selain masih menghadapi masalah kekurangan gizi, kelebihan gizi juga menjadi persoalan yang harus ditangani dengan serius.
Untuk mengatasi stunting, masyarakat perlu dididik untuk memahami pentingnya gizi bagi ibu hamil dan anak balita, dan Indonesia fokus kepada 1000 Hari Pertama Kehidupan yaitu terhitung sejak konsepsi sehingga anak berusia dua tahun.
Baca Juga : Ada Empat Program Bukti Nyata Keberhasilan Dinkes Gumas, Apa Saja ya?
“Stunting terjadi karena kekurangan gizi kronis yang disebabkan oleh kemiskinan dan pola asuh tidak tepat, yang mengakibatkan kemampuan kognitif tidak berkembang maksimal, mudah sakit dan saing rendah, sehingga bisa terjebak dalam kemiskinan,” ungkapnya.
Ia menjelaskan, salah satu sasaran pokok Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 adalah meningkatnya status dan gizi ibu dan anak.
“Perkembangan masalah gizi di Indonesia semakin kompleks saat ini, selain masih menghadapi masalah kekurangan gizi, kelebihan gizi juga menjadi persoalan yang harus kita tangani dengan serius,” ungkapnya.
Suyuti juga menjelaskan, trend prevalensi balita stunting (T/L) di Kalteng dari tahun 2019 sampai dengan tahun 2022 menunjukan data stunting mengalami penurunan yaitu dari tahun 2019 32,30%, tahun 2021 27,4% dan tahun 2022 26,9%.
Tapi, di beberapa kabupaten data stunting mengalami kenaikan, seperti di Kabupaten Barito Selatan, Lamandau, Seruyan, Katingan, Pulang Pisau. Murung Raya, dan Kota Palangka Raya.
Baca Juga : Dinkes Seruyan Berikan Pelayanan Kesehatan Dokter Spesialis di Daerah Terpencil
Lebih lanjut, ia menambahkan, cakupan ASI Eksklusif di Provinsi Kalteng cukup baik, dimana prevalensi ASI Eksklusif bayi enam bulan tahun 2021 sebesar 56,8% (target 45%), dan tahun 2022 sebesar 60,5% (target 50%) serta prevalensi bayi usia enam bulan yang lulus ASI Eksklusif tahun 2022 sebesar 55,71% (target 45%).
Namun, terdapat beberapa kabupaten yang masih memiliki cakupan yang rendah untuk indikator ASI Eksklusif bayi enam bulan tahun 2022 yaitu Murung Raya 2%, Palangka Raya 18%, Barito Utara 40%, Sukamara 45%, dan Barito Selatan 48%.
Serta untuk indikator bayi usia enam bulan yang lulus ASI Eksklusif tahun 2022 memiliki cakupan yang rendah yaitu Kabupaten Murung Raya 26,28%, Barito Selatan 39,87%, dan Kotawaringin Timur 44,72%.
Maka, perlu peningkatan kualitas pelayanan kesehatan dengan menyediakan tenaga konselor menyusui di sarana pelayanan kesehatan, dan revitalisasi sarana pelayanan kesehatan sayang ibu dan bayi, serta menciptakan lingkungan kondusif yang memungkinkan ibu tetap menyusui sebagaimana mestinya.
Hal ini menjadi agenda penting demi menyelamatkan generasi masa depan. Kegiatan yang dilakukan untuk mengintervensi anak dalam 1000 Hari Pertama Kehidupannya adalah dengan Pelatihan Konseling Menyusui bagi petugas kesehatan sebagai promotor kesehatan kepada masyarakat.
Informasi yang utuh ini penting untuk disampaikan kepada kader posyandu sebagai sumber daya potensial yang berhubungan dengan sasaran Konseling Menyusui. Tenaga Kesehatan sebagai fasilitator Konseling Menyusui di tingkat Posyandu.
“Kegiatan ini diselenggarakan untuk membekali tenaga kesehatan dengan pengetahuan, dan alat bantu untuk mendukung ibu, ayah dan pengasuh dalam meningkatkan praktik pemberian ASI yang nantinya akan meningkatkan cakupan ASI Eksklusif. Tenaga kesehatan yang terlatih konseling menyusui tersebut bertugas memberikan informasi dan membantu ibu jika mengalami masalah pada saat menyusui,” ujarnya.
Setelah mengikuti pelatihan ini, pihaknya berharap para peserta mampu menjelaskan konsep menyusui, melakukan evaluasi kegiatan menyusui, menjelaskan tantangan menyusui pada ibu dan bayi, melakukan dukungan pada keberhasilan menyusui dan melakukan konseling menyusui.
“Mari cegah stunting dengan praktik pemberian ASI yang baik dan benar untuk menjaga kesehatan bayinya,” pungkas Suyuti. [Red]
Discussion about this post