kaltengtoday.com, Tamiang Layang – Ramainya warga masyarakat plus pedagang kaki lima (PKL) terutama di sore hari, di kawasan bundaran Tugu Gunung Perak, Longkang, Desa Jaar, Kecamatan Dusun Timur, ternyata membuat sejumlah masalah muncul.
Salah satunya adalah sampah-sampah plastik yang bertebaran usai keramaian bubar. Karena tidak ada petugas khusus, para pedagang pun harus bersedia menjadi sukarelawan, memberesi sampah yang berserakan.
“Sebenarnya tidak masalah sih, Mas. Itu kan tanggungjawab kami berdagang di sini. Wajar saja. Di mana-mana kami juga selalu membersihkan sehabis tutup jualan. Tapi yang jadi masalah ini, mereka yang dari wilayah Kalsel, berdagang di sini, seringkali kabur begitu saja. Kami yang orang Bartim, Kalteng ini, yang akhirnya ikut bertanggungjawab,” keluh Hasan, salah seorang pedagang jajanan pentol bersepeda motor, saat dibincangi tadi sore di lokasi (Kamis, 23/12)
Baca Juga : 2022, DLH Bartim Laksanakan Program Pengelolaan Sampah Jadi Limbah Bermanfaat
Hasan mengaku, sebenarnya ia dan teman-temannya sesama pedagang dari Bartim sudah seringmengimbau pada mereka yang berasal dari provinsi tetangga, untuk membantu membersihkan lingkungan sehabis berjualan. “Ya ada juga sih yang baik, mau mengerti. Bantu bersih-bersih. Tapi banyak yang kabur begitu saja,” ucapnya sambil tertawa pahit.
Baca Juga : Aeshnina Azzahra, Aktivis Lingkungan Cilik Indonesia yang ‘Protes’ Isu Sampah Plastik di Forum Dunia
Persoalan lain adalah ketidakberaturan parkir. Padahal, menurut Udin, salah seorang ASN, jika parkir dikelola secara terorganisirdan legal,bisa mendatangkan keuntungan.Minimal bagi kas desa.”Misalnya dikelola Karang Taruna. Nanti hasilnya dibagi, berapa persen untuk yang jaga, beraap persen untuk organisasi, berapa persen untuk kas desa. Tarifnya pun jangan mahal-mahal. Rp 2 ribu kah, misalnya, Sedang saja itu,” ujarnya memberi masukan. [Red]
Discussion about this post