Kalteng Today – Palangka Raya, – Sekretaris Jenderal Perhimpunan Aktivis Nasional (Sekjen PENA 98), Adian Napitupulu mengungkapkan akan sangat menarik sekali untuk mencermati peringatan Sekjen PDI Perjuangan yang melihat soliditas kabinet yang berpotensi terganggu oleh imajinasi menteri yang berambisi untuk maju di Tahun 2024.
“Sekjen PDI Perjuangan punya banyak mata dan telinga untuk mendapatkan informasi baik secara formal maupun informal, secara struktural maupun non struktural. Peringatan Sekjen PDI Perjuangan tidak bisa dianggap angin lalu karena tentu Sekjen PDI Perjuangan telah melakukan verifikasi berlapis terhadap semua informasi dan data dari berbagai lapisan masyarakat di berbagai daerah,” kata Sekjen PENA 98, Adian Napitupulu, Sabtu (31/10).
Dirinya menjelaskan, peringatan serupa pernah disampaikan Sekjen PDI Perjuangan jauh hari sebelumnya yaitu menjelang pelantikan kabinet 2019 lalu. Sebagai Partai Politik, boleh jadi ketika peringatan pertama dan dua tidak disikapi dengan serius maka tidak tertutup kemungkinan pernyataan politik menjadi tindakan politik konstitusional dalam beragam bentuknya.
Baca Juga: Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak Perlu Diwaspadai
“Mungkin apa yang dialami oleh Menteri sebelumnya bisa dipetik jadi pelajaran,” ujarnya.
Lebih lanjut, peringatan ini tentunya berangkat dari upaya Sekjen PDI Perjuangan untuk menjaga Presiden, Joko Widodo dari potensi – potensi negatif yang merugikan akibat ambisi menteri tersebut seperti menyebarkan program yang tidak lebih dari gimmick, tanpa dampak positif yang bisa dirasakan rakyat, terlebih lagi dalam situasi pandemi Virus Korona seperti saat ini.
“Siapa menteri yang dimaksud Sekjen PDI Perjuangan? Menurut saya barangkali menteri tersebut boleh jadi mengarah pada Erick Thohir. Tidak sulit memeriksa rekam jejak ambisi Erick Thohir di google seperti misalnya terbentuknya relawan pendukung Erick Thohir, adanya deklarasi Erick for Presiden 2024, pembagian sembako dan beras dalam bungkus yang berisi tulisan terkait pencapresan Erick di 2024 termasuk juga promosi Erick Thohir di sosial media juga di konten konten Youtube mudah didapatkan,” bebernya.
Dirinya juga menekankan, sebagai contoh terdekat dalam satu bulan terakhir ini, ada ribuan spanduk puja puji terhadap Erick Thohir bertebaran di berbagai kota. Spanduk itu dicurigai secara jumlah mengalahkan spanduk kampanye masker Presiden.
“Tragisnya, spanduk spanduk itu justru dipasang dalam rentang waktu berdekatan dengan maraknya aksi – aksi Omnibus Law yang ditujukan pada DPR RI dan Presiden. Spanduk puja puji itu sungguh tidak relevan dengan situasi hari ini dan tidak etis dipasang disaat Erick Thohir masih menjabat sebagai Menteri terlebih lagi spanduk itu tersebar disaat pandemi dan bersamaan dengan demonstrasi demonstrasi yang marak. Promosi diri di saat seluruh elemen Bangsa sedang berjibaku melawan virus dan resesi tentu merupakan langkah ambisius yang menempatkan hati nurani di urutan terakhir,” tegasnya.
Baca Juga: Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak Perlu Diwaspadai
Adian menurutkan, dalam situasi ini sebaiknya menteri fokus pada bidang kerjanya dan bergotong royong menjaga presiden. Sedangkan ambisi menuju 2024 sebaiknya direndam terlebih dulu, agar kabinet tetap solid tidak saling intip serta berujung saling jegal dan menuai pro kontra yang tidak perlu terjadi di saat ini.
“Daripada Erick menebar Gimmick dan spanduk mungkin lebih baik serius membenahi BUMN, sehingga tidak mengganti Direksi di BUMN yang sama tiga atau empat bulan sekali, tidak melakukan pemotongan gaji dan tidak melakukan PHK pada sekitar 5.000 pekerja BUMN. Gimmick seperti janji keberadaan ratusan juta vaksin Korona di Bulan November tidak perlu disampaikan agar jika meleset bukan presiden yang dipersalahkan,” ungkapnya.
Menteri harusnya menjadi jawaban dari kebingungan rakyat, namun sebaliknya pernyataan Erick tentang harga Vaksin Sinovac dan target vaksinasi yang berubah ubah justru membingungkan rakyat dan membuat gaduh dimana mana.
“Kegaduhan ini bisa berdampak negatif juga kepada presiden dan memastikan harga vaksin yang terjangkau serta disampaikan secara transparan, tidak berubah – ubah, tentu bisa menghindari tuduhan maupun dugaan bahwa negara seolah berbisnis dengan memanfaatkan pandemi,” tekannya.
Adian menerangkan, Kementerian BUMN harus berbenah, agar lebih baik dibandingkan menteri sebelumnya, sebab rakyat tentu heran jika rangkap jabatan di era Dahlan Iskan hanya 271 orang, di zaman Rini Soemarno turun menjadi 222 orang sementara justru di Era Erick membengkak menjadi hampir tembus 600 orang atau naik hampir 3 kali lipat.
Baca Juga: Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak Perlu Diwaspadai
“Rangkap jabatan yang merupakan tindakan yang tidak profesional, tidak transparan dan tidak memenuhi asas – asas pemerintahan yang baik justru diberi legitimasi Erick Thohir dengan terbitnya Peraturan Menteri terbaru nomor 10/MBU/10/2020 yang melegalkan Rangkap Jabatan. Disaat Jutaan buruh di PHK, kelaparan meningkat dan pengangguran bertambah tapi disaat yang sama justru ada segelintir orang yang menikmati uang negara berlipat lipat dengan rangkap jabatan tentu merupakan keputusan menteri yang sungguh tidak mengerti penderitaan rakyat,” tambahnya.
Seharusnya, momentum satu tahun pemerintahan Jokowi di periode terakhirnya menjadi saat yang tepat untuk melakukan evaluasi total terhadap setiap menterinya. Evaluasi yang tegas, berani, menyeluruh dan tidak pandang bulu akan meringankan langkah Presiden Jokowi untuk membawa keluar bangsa ini dari resesi ekonomi dan beragam masalah lainnya.
“Presiden perlu memeriksa siapa menteri yang berbisnis dan mencari keuntungan dari jabatan, siapa menteri yang diam diam di duga menyiapkan “tim sukses” 2024 melalui penempatan ratusan bahkan ribuan orang dengan biaya negara, mana menteri yang selalu gaduh dan kontradiktif dalam beragam pernyataannya, semua itu jika dibiarkan kelak akan menjadi beban memberatkan dan merusak citra presiden,” timpalnya.
“Dalam sejarah politik berbagai bangsa kita bisa memetik pelajaran bahwa ambisi tak terkendali dari lingkaran istana bisa lebih berbahaya dari demonstrasi di luar gerbang istana,” pungkasnya. [Red]
Discussion about this post